Friday, August 22, 2014

Pesona Alexandria Mesir dari Masa ke Masa

http://www.hasanahqaromah.com/umroh-akhir-tahun-plus-tahun-baru-di-cairo-alexandria-mesir/#more-397


Kota Alexandria atau Iskandariyah memegang peranan penting bagi Mesir. Sisa-sisa kemahsyuran bangunan ala Eropa dan pesona Laut Mediterania adalah alasan turis selalu datang ke kota ini.

Kota Alexandria atau Kota Iskandariyah merupakan kota terbesar kedua di Mesir setelah Kairo. Kota ini merupakan kota pelabuhan terbesar di Mesir karena letaknya yang berada di pinggir Laut Mediterania.

Kemahsyuran Kota Alexandria yang tercatat dalam buku sejarah kita semasa sekolah ini, membuat langkah kaki menuju kota tersebut pada hari itu menjadi sangat ringan dan riang. Ditempuh dengan perjalanan sejauh kurang lebih 3 jam dari Kairo, berangkat setelah sarapan kami tiba di Alexandria pada pukul 10.30 waktu lokal.

Konon, karena terdiri dari pantai-pantainya yang indah itu pula, banyak wisatawan dan penduduk Kota Mesir dari segala penjuru banyak menghabiskan waktu musim panas untuk berlibur di sana. Sejak di awal masuk Kota Alexandria, kota ini terlihat lebih rapi tertata dan bersih dibandingkan dengan Kairo.

Nuansa bangunan khas Eropa yang berwarna putih gading dan kecokelatan juga banyak mendominasi sepanjang perjalanan dalam kota. Usut punya usut, ternyata nuansa ini dibawa oleh bangsa Perancis pada saat Napoleon Bonaparte melakukan lawatan ke Mesir di akhir abad ke-17.

Di Alexandria terdapat seperti   kisah Raja Farouk yang digulingkan oleh kudeta dan Istana Montaza yang tersohor ,. ada beberapa tempat yang pastinya tidak akan anda  lewatkan yaitu ke Pompeys Pillar dan Citadel Qaitbay Fort.

Pompeys Pillar (Amoud Al Sawari). Inilah pilar raksasa peninggalan Romawi kuno yang dulunya dipakai sebagai tempat peribadatan bangsa Romawi. Citadel Qait Bay Fort.Bangunan  pertahanan yang didirikan Sultan Qaitbay Al Zahiry pada tahun 1468-1496 M ini dimaksudkan sebagai benteng untuk menghadang gempuran pasukan Turki, Dinasti Usmani. Bangunan ini terletak di pinggir laut, kokoh berdiri menantang ombak.

Istana Raja Farouk dan Taman Montaza. Wilayah  seluas sekitar 155 hektar ini, pernah ditinggali sebagai kediaman Raja Farouk yang merupakan keturunan terakhir dari Dinasti Muhammad Ali yang menjadi penguasa Mesir sejak abad ke-19.

Raja ini ternyata dalam sejarahnya adalah raja yang suka berfoya-foya dan menjadi tidak disukai rakyatnya sehingga digulingkan lewat kudeta militer. Konon, di masa sulit Perang Dunia II dimana sebagian rakyatnya hidup dengan keprihatinan, Raja Farouk tetap gemar hidup dalam kemewahan.

Dia bahkan meminta agar seluruh lampu istananya dinyalakan terang menderang ketika seluruh rakyatnya diminta untuk memadamkan lampu dengan alasan efisiensi. Kudeta yang dilakukan oleh Gamal Abdul Nasser ini merubah sejarah kepemimpinan sistem Kerajaan Mesir menjadi sistem republik.

Sejak itu Gamal Abdul Nasser lalu menjadi pemimpin selanjutnya di Mesir. Raja Farouk lalu hidup dalam pengasingan di Monaco dan kabarnya meninggal ketika berada di jamuan makan di Italia.

Sejak saat itu, istana ini dipergunakan sebagai tempat menjamu tamu-tamu kenegaraan, dikarenakan letaknya yang strategis di tepi Pantai Mediterania. Taman Montaza yang ditanami berbagai bunga dan tumbuhan cantik nampak indah terhampar di depan istana.

No comments:

Post a Comment