Cita-cita Rasul berbalas pada zaman Umar bin Khattab menjadi khalifah.
Setelah bebasnya Suriah dan Mesir, kini Al Aqsa berada di depan mata. Dengan
damai, akhirnya Al Quds terbebas. Umar, amirul mukminin masuk hanya berdua
dengan ajudannya dengan bergantian menaiki keledai. Terheran-heran penduduknya,
apakah ini pemimpin tertinggi umat Islam. Kunci itu, diserahkan begitu saja
oleh Pendeta Sophornus. Ada kedamaian di sana, antara pelbagai agama. Mesjid
Umar, menjadi saksi, bahwa di hadapan gereja di Al Quds, Yerusalem. Ada
kedamaian di sana, selama berabad lamanya dalam pangkuan Islam.
Hingga, awal abad 10, darah tiba-tiba membanjiri jalanan. Puluhan ribu
penduduk Al Quds dibantai. Kumandang perang Salib oleh Paus disambut dengan pembunuhan
masal. Al Quds kembali menjadi saksi, akan kezaliman yang ada. Ia rindu ketika
Islam berada di sana. 90 tahun ia menanti dibebaskan oleh keadilan Islam.
Sang penerus Umar nan dinanti kini berada tepat di kota suci itu. Setelah
membebaskan Mesir dari sekte Syiah dan Suriah dari pasukan Salib, takbir itu
menggema. Penantian Al Quds, bersambut dalam sujud. Shalahuddin Al Ayyubi, sang
pembebas Al Quds, kini memandang kembali Masjid Al Aqsa.
Berbilang abad, Al Aqsa adalah potret kedamaian. Potret toleransi. Tanah
yang dirindukan, dikunjungi oleh setiap insan. Kubah As Sakhrah, tempat nabi
berpijak Mi’raj. Mesjid biru, tanah-tanah itu begitu syahdu, dalam lindungan
Islam. Hingga kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, Al Aqsa kini menjadi wilayah
jajahan Inggris pasca Perang Dunia I dan II.
Ribuan tahun, Al Quds, dalam damai. Kini, ia kembali berduka. Inggris
memberikan tanah itu pada zionis Israel, para orang Yahudi. Ada duka di sana,
pada wajah para penduduk palestina. Pria mana yang begitu pedih hatinya, melihat
tempat tinggalnya dirampas begitu saja
Dr. Saiful Bahri bertutur tentang kondisi wilayah Palestina kini, “Ketika
PBB tanggal 29 november 1947 membagi wilayahnya menjadi 50 % milik Israel dan
Palestina, dari sana semua bermula. Tahun 1967 terjadi perang, juga tahun 1973
perang, dan bangsa Arab kalah sehingga sekarang sedikit sekali wilayah Al Quds.
Itulah Al Quds dalam sejarahnya.”
Kini, bumi Syam menanti pejuang-pejuang pada zamannya. Suriah yang sedang
bergejolak, melawan rezim Syiahnya. Mesir yang bergolak melawan rezim
militernya. Al Quds, kini ia menanti. Dari Mesir laiknya Umar bin Khattab. Juga dari Suriah seperti Shalahuddin Al Ayyubi.
Ia menanti ada sujud di sana, dengan damai. Menanti kita di sana. Ya Allah, sampaikanlah kami mengecupkan kening ini di tanah yang Engkau berkahi,
seperti para pendahulu, Rasul dan nabi. Bumi Syam
No comments:
Post a Comment