Monday, December 1, 2014

Menikmati Hadiah dari Sungai Nil



http://www.hasanahqaromah.com/category/ziarah-spektakuler-mesir/
http://www.hasanahqaromah.com/category/ziarah-napak-tilas-jordan-palestine-israel-mesir/


Apa yang terbayang pertama kali saat mendengar soal Mesir? Piramida? Gurun Sahara? Universitas Al-Azhar? Atau Revolusi 2011 dengan segala kekacauan yang mengikutinya? Pendeknya, pernah kah Anda membayangkan melancong ke negeri itu?

Meminjam kalimat Ahmed Lasheen, Sekretaris Tiga Kedutaan Besar Mesir di Jakarta, Indonesia dan Mesir sama-sama mempunyai daya tarik besar bagi satu sama lain. Satu hal, kata Lasheen, Indonesia punya pemandangan serba hijau dan biru yang tak ada di Mesir. Sebaliknya, orang Indonesia akan dibuat tercengang dengan pemandangan serba coklat dari gurun-gurun pasir di Mesir.

Tentu saja tak hanya ada gurun pasir di negeri di ujung utara Benua Afrika itu. Yang sering tak disadari banyak orang di sini, Mesir punya jauh lebih banyak hal untuk ditawarkan dari sisi pariwisata daripada yang dibayangkan selama ini. Apakah itu wisata sejarah, budaya, religius, sampai kuliner dan wisata alam, Mesir punya semuanya.

Harus diakui, hal pertama yang membuat Mesir layak dikunjungi adalah jejak-jejak peradaban tuanya. Peradaban firaunik yang telah berusia hampir 5.000 tahun diakui dunia sebagai bentuk peradaban tinggi tertua dalam sejarah manusia.

Hingga kini, jejak-jejak peradaban itu masih bisa dilihat nyata. Kompleks Piramida Besar Giza yang termasyhur itu, misalnya, hanya berjarak sekitar 11 kilometer (km) dari pinggir selatan kota Kairo.

Setelah selama ini hanya bisa melihat sosok tiga piramida besar itu di foto, kartu pos, situs web, atau film dokumenter, ada perasaan takjub saat akhirnya bisa melihat bangunan-bangunan raksasa itu di depan mata. Muncul pertanyaan mendasar yang mungkin menghinggapi semua orang hingga kini: bagaimana bisa membuat bangunan sebesar itu 4.500 tahun silam?

Nekropolis Giza (nekropolis artinya kota orang-orang mati karena piramida-piramida itu memang berfungsi sebagai kuburan), Oktober lalu, kompleks tersebut terlihat sepi. Kekacauan yang sempat terjadi di Mesir menyusul Revolusi 2011 telah memukul sektor pariwisata negara itu. ”Jumlah wisatawan yang datang ke sini belum kembali normal seperti era sebelum revolusi,” kata Ashraf El Naggar, pemandu yang menemani kami waktu itu.

Tak hanya bangunan piramida itu yang masih tersisa dari peradaban para firaun di Mesir. Kembali ke Kairo, tepat di pusat kota di dekat Alun-alun Tahrir yang terkenal itu, terdapat Museum Purbakala Mesir (Egyptian Antiquities Museum). Di dalamnya tersimpan ribuan artefak Mesir Kuno yang menunjukkan betapa majunya peradaban waktu itu.

Mulai dari benda-benda kecil seperti perhiasan atau permainan papan mirip catur, hingga patung-patung raksasa dan set peti mati berlapis emas untuk menyimpan mumi Raja Tutankhamun yang sangat terkenal. Masyarakat Mesir Kuno waktu itu juga sudah mengenal sistem pengukuran waktu dalam bentuk jam matahari atau jam air.

Ashraf, seorang sarjana ahli Mesir Kuno atau egiptolog, bahkan menunjukkan salah satu benda di dalam makam Tutankhamun yang diyakini berfungsi sebagai kondom. ”Benda ini terbuat dari usus binatang yang diberi tali pengikat,” tuturnya.

Jejak Islam dan Kristen

Bicara soal sejarah, Mesir tak hanya memiliki kekayaan peninggalan era firaun. Sejarah panjang peradaban yang sudah terentang ribuan tahun menyimpan jejak-jejak bangsa lain yang pernah berkuasa di Mesir. Mulai dari Yunani, Romawi, hingga peradaban Kristen dan Islam.

Banyak peninggalan era itu bisa ditemukan di kawasan Old Cairo atau Kota Tua Kairo. Salah satunya adalah kompleks Benteng Babylon yang diyakini dibangun pada 525 SM. Benteng yang kemudian dibangun ulang oleh orang-orang Romawi itu diduga menjadi tempat memungut pajak bagi orang-orang yang melintas di Sungai Nil.

Kini benteng itu berada di kompleks Museum Koptik. Di dalam kompleks itu juga ada Gereja Al-Muallaq atau Gereja Gantung, gereja Kristen Koptik yang dibangun pada abad ke-4. Artinya, bangunan dasar gereja itu jauh lebih tua daripada Candi Borobudur.

Disebut Gereja Gantung karena gereja itu dibangun di atas struktur Benteng Babylon tersebut.
Tak jauh dari kompleks tersebut terdapat Masjid Amr ibn al-As, masjid tertua di Mesir yang dibangun pada sekitar tahun 642. Masjid itu dibangun oleh Amr ibn al-As (juga disebut Amru bin Ash), sahabat Nabi Muhammad SAW yang menaklukkan Mesir pada 640.

Peninggalan lain peradaban Islam di kawasan Kota Tua Kairo adalah Benteng Saladin (Cairo Citadel) yang dibangun Sultan Saladin (Salahuddin al-Ayyubi) pada abad ke-12. Benteng yang megah tersebut masih utuh hingga saat ini, termasuk bangunan saluran air (aquaduct) yang dulu menyalurkan air dari Sungai Nil ke benteng itu.

Dan tentu saja, di bagian lain Kairo, terdapat Masjid Hussein dan Masjid Al-Azhar yang termasyhur. Di dekat dua masjid ini pula terdapat pasar oleh-oleh Khan el-Khalili. Di sana bisa ditemukan berbagai suvenir khas Mesir dengan harga terjangkau dan bisa ditawar.

Semua itu baru atraksi wisata yang berada di Kairo dan sekitarnya. Masih banyak tempat lain di Mesir yang memiliki daya tarik wisata tak kalah memikat. Ada Alexandria di utara, Luxor di selatan, dan resor tepi laut Sharm el-Sheikh di ujung selatan Semenanjung Sinai.
Pertanyaan mendasar

Paling tidak ada dua hal mendasar yang sering ditanyakan orang Indonesia terkait Mesir, yakni faktor iklim dan keamanan. ”Panas banget, ya, di sana? Aman enggak, sih?” demikian pertanyaan beberapa teman di Jakarta.

Pertanyaan soal iklim mudah dipahami karena letak geografis Mesir di tengah gurun. Pemandangan hijau dan teduh di Mesir praktis hanya bisa ditemukan di dekat Sungai Nil. Bahkan, saat Kompas berkunjung ke kota Asiut, sekitar 400 kilometer sebelah selatan Kairo, lapisan hijau ini paling besar hanya setebal 2-3 kilometer dari tepian Nil.

Akan tetapi, temperatur di Mesir tak sepanas yang dibayangkan. Saat Kompas berada di Mesir, pertengahan Oktober lalu, suhu udara berkisar antara 30-33 derajat celsius, tak jauh beda dengan Jakarta.

Menurut Musthafa Abd Rahman, wartawan Kompas yang sudah puluhan tahun tinggal di Kairo, suhu udara bahkan cenderung dingin saat belahan bumi utara memasuki musim dingin.

Situasi keamanan di Mesir memang sempat tak menentu saat negara itu diguncang revolusi sejak 2011. Namun, sejak Mesir dipimpin Presiden Abdel Fattah el-Sisi yang didukung militer, situasi keamanan berangsur-angsur pulih. ”Semuanya baik-baik saja,” ungkap Mohamed Elhawary, warga Kairo.

Gangguan keamanan, terutama dari kelompok militan, kadang masih terjadi, tetapi terpusat di kawasan Sinai Utara, lebih dari 280 kilometer di sebelah timur Kairo.

Meski begitu, kewaspadaan tetap diperlukan dalam menghadapi risiko gangguan keamanan kecil di obyek-obyek wisata utama. ”Kalau ada orang yang memberi suvenir sebagai hadiah di dekat piramida, jangan diterima, karena nanti ujung-ujungnya disuruh bayar,” ujar Ashraf mengingatkan.

Selebihnya, melancong ke Mesir sangat menyenangkan. Dari urusan makanan, misalnya, warga Indonesia tak perlu bingung mencari makanan halal.

Citarasanya pun masih bisa dinikmati ”lidah Indonesia”. Secara umum, ragam kuliner di Mesir tak jauh beda dengan dunia Arab lain atau negeri-negeri di seputar Laut Mediterania.

Lalu lintas di Kairo memang macet pada jam-jam sibuk, mirip Jakarta. Bedanya, hanya ada sedikit pengendara sepeda motor sehingga jalanan terkesan tak terlalu ruwet dan jarang terjadi kemacetan total.

Bosan dengan yang kuno-kuno dan kangen mal? Jangan khawatir, Kairo adalah kota metropolis modern. Ada mal-mal modern yang tak kalah megah dibanding Mal Pondok Indah atau Grand Indonesia, seperti Mall of Arabia di kota satelit 6th October City di selatan Kairo atau Sun City Mall di kawasan elite Heliopolis.

Malam hari pun tak akan berlalu begitu saja di Kairo. Di sepanjang tepian Sungai Nil banyak kapal yang difungsikan sebagai restoran atau kafe.

Sebagian kapal itu menyediakan paket pesiar menyusuri sepenggal Sungai Nil yang pada malam hari memantulkan kerlap-kerlip cahaya kota yang romantis. Mesir memang hadiah terindah dari Sungai Nil

1 comment:

  1. How to Play Pai Gow Poker | BetRivers Casino - Wolverione
    Pai https://septcasino.com/review/merit-casino/ Gow worrione.com Poker is an online version of a traditional table game in febcasino which players https://febcasino.com/review/merit-casino/ place bets in the background. Pai Gow Poker uses only the symbols from a dental implants

    ReplyDelete