Di balik keindahannya, Gunung Fuji menawarkan
tantangan bagi para petualang. Di waktu-waktu tertentu, gunung tertinggi di
Jepang ini sangat ramah bagi pendaki, tapi setiap saat kondisinya bisa berubah
total menjadi sangat berbahaya.
Dengan ketinggian 3.776 meter di atas permukaan air laut (mdpl), Gunung Fuji bisa didaki dari 4 jalur atau trail yang tersedia. Dari keempatnya, Yoshida Trail menjadi jalur favorit dan paling banyak didaki terutama pada libur musim panas.
Dimulai dari Fuji Subaru Line 5th Station, jalur pendakian Yoshida Trail relatif paling mudah diakses dari Tokyo. Tersedia tempat parkir yang luas dan beberapa toko maupun restoran untuk melengkapi perbekalan. Bagi yang membutuhkan penitipan barang, di sini juga tersedia loker koin.
Sepanjang jalur pendakian Gunung Fuji dilengkapi dengan fasilitas yang sangat lengkap. Mulai dari toilet, pos P3K, kedai-kedai penjual makanan bahkan sampai penginapan. Maka jangan heran, para pendaki yang datang ke sini nyaris tidak ada yang menggendong carrier atau ransel besar ala pencinta alam.
Namun jangan terlena oleh segala kemudahan di sepanjang jalur pendakian Gunung Fuji. Trek berpasir yang licin berpadu dengan bebatuan dan tanjakan curam adalah tantangan yang tidak boleh sekalipun diremehkan. Hempasan angin kencang dan cuaca ekstrem bisa datang sewaktu-waktu.
1. Istirahat dan persiapan fisik
Dengan ketinggian 3.776 meter di atas permukaan air laut (mdpl), Gunung Fuji bisa didaki dari 4 jalur atau trail yang tersedia. Dari keempatnya, Yoshida Trail menjadi jalur favorit dan paling banyak didaki terutama pada libur musim panas.
Dimulai dari Fuji Subaru Line 5th Station, jalur pendakian Yoshida Trail relatif paling mudah diakses dari Tokyo. Tersedia tempat parkir yang luas dan beberapa toko maupun restoran untuk melengkapi perbekalan. Bagi yang membutuhkan penitipan barang, di sini juga tersedia loker koin.
Sepanjang jalur pendakian Gunung Fuji dilengkapi dengan fasilitas yang sangat lengkap. Mulai dari toilet, pos P3K, kedai-kedai penjual makanan bahkan sampai penginapan. Maka jangan heran, para pendaki yang datang ke sini nyaris tidak ada yang menggendong carrier atau ransel besar ala pencinta alam.
Namun jangan terlena oleh segala kemudahan di sepanjang jalur pendakian Gunung Fuji. Trek berpasir yang licin berpadu dengan bebatuan dan tanjakan curam adalah tantangan yang tidak boleh sekalipun diremehkan. Hempasan angin kencang dan cuaca ekstrem bisa datang sewaktu-waktu.
1. Istirahat dan persiapan fisik
Sebuah papan peringatan di 6th station dengan
tegas menyampaikan perlunya persiapan fisik yang cukup sebelum mendaki. Sangat
tidak dianjurkan melakukan bullet climbing atau pendakian non-stop sepanjang
malam tanpa istirahat yang cukup sebelumnya.
Disampaikan juga dalam peringatan tersebut, 14 persen dari bullet climber, atau 5 persen dari pendaki pada umumnya, gagal mencapai puncak karena kelelahan atau cedera. Bullet climber yang meminta pertolongan pada petugas juga tercatat 3 kali lebih tinggi dibandingkan pendaki pada umumnya.
Tetapi jangan takut, asal dipersiapkan dengan baik maka Gunung Fuji sebenarnya sangat ramah untuk pendaki pemula sekalipun. Jangan heran jika pada akhir pekan terutama pada musim pendakian, banyak pendaki membawa anak kecil sampai ke puncak Gunung Fuji.
Disampaikan juga dalam peringatan tersebut, 14 persen dari bullet climber, atau 5 persen dari pendaki pada umumnya, gagal mencapai puncak karena kelelahan atau cedera. Bullet climber yang meminta pertolongan pada petugas juga tercatat 3 kali lebih tinggi dibandingkan pendaki pada umumnya.
Tetapi jangan takut, asal dipersiapkan dengan baik maka Gunung Fuji sebenarnya sangat ramah untuk pendaki pemula sekalipun. Jangan heran jika pada akhir pekan terutama pada musim pendakian, banyak pendaki membawa anak kecil sampai ke puncak Gunung Fuji.
2. Siapkan perlengkapan untuk cuaca
ekstrem
Sangat penting untuk memperhatikan perkiraan
cuaca saat mempersiapkan pendakian ke Gunung Fuji. Sebagaimana gunung berapi
yang masih aktif lainnya, sepanjang jalur pendakian Gunung Fuji sangat minim
vegetasi bahkan nyaris tidak ada pepohonan besar yang bisa menahan angin.
Sejauh mata memandang, hanya ada hamparan pasir dan bebatuan dengan berbagai
ukuran, dari kerikil hingga bongkahan sebesar rumah.
Perlengkapan 'anti-badai' mutlak dipersiapkan karena cuaca bisa sewaktu-waktu berubah. Jas hujan wajib dibawa, lebih disarankan model setelan dan bukan ponco karena bisa melindungi celana. Untuk pakaian, khususnya celana, hindari jeans dan gunakan yang bahan-bahan quick dry.
Sepatu dan sarung tangah berbahan gore-tex cukup membantu karena kedap air sekaligus tetap memiliki sirkulasi udara yang baik. Sebagai pelapis baju hangat, gunakan jaket penahan angin.
Sepatu dengan potongan tinggi bisa menjadi 'otot kedua' bagi angkle agar tidak mudah kesleo. Tongkat pendakian atau trekking pole, jika tersedia juga akan sangat membantu. Trekking pole tradisional dari bahan kayu dijual juga di setiap pos atau station dengan harga sekitar JPY 1.000 atau sekitar Rp 100 ribu. Di setiap pos atau station, trekking pole tradisional ini bisa dimintakan cap untuk menandai ketinggian yang telah dicapai dengan ongkos cap JPY bervariasi antara JPY 200-300.
Perlengkapan 'anti-badai' mutlak dipersiapkan karena cuaca bisa sewaktu-waktu berubah. Jas hujan wajib dibawa, lebih disarankan model setelan dan bukan ponco karena bisa melindungi celana. Untuk pakaian, khususnya celana, hindari jeans dan gunakan yang bahan-bahan quick dry.
Sepatu dan sarung tangah berbahan gore-tex cukup membantu karena kedap air sekaligus tetap memiliki sirkulasi udara yang baik. Sebagai pelapis baju hangat, gunakan jaket penahan angin.
Sepatu dengan potongan tinggi bisa menjadi 'otot kedua' bagi angkle agar tidak mudah kesleo. Tongkat pendakian atau trekking pole, jika tersedia juga akan sangat membantu. Trekking pole tradisional dari bahan kayu dijual juga di setiap pos atau station dengan harga sekitar JPY 1.000 atau sekitar Rp 100 ribu. Di setiap pos atau station, trekking pole tradisional ini bisa dimintakan cap untuk menandai ketinggian yang telah dicapai dengan ongkos cap JPY bervariasi antara JPY 200-300.
3. Manfaatkan fasilitas penginapan
Fasilitas mountain hut, semacam gubuk bagi
para pendaki yang ingin menginap, tersedia di sepanjang jalur pendakian. Bahkan
di Yoshida Trail, sepanjang perjalanan dari 7th station menuju 8th station akan
ditemui mountain hut tiap interval 5-10 menit.
Bukan sekedar tempat menginap, 'gubuk-gubuk' modern ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang sangat lengkap. Mau tidur, sudah tersedia sleeping bag atau kantong tidurnya, dan kalau lapar dan haus juga ada warungnya. Bahkan beberapa gubuk ada yang menyediakan koneksi wifi.
Saat terjadi cuaca buruk, memang ada anjuran untuk segera berlindung di gubug-gubug tersebut. Sayangnya memang tidak gratis, harganya bervariasi tergantung ketinggian. Mendekati 8th station, ada yang menawarkan harga JPY 7.500 atau sekitar Rp 800 ribu sedangkan di 7th station hanya sekitar JPY 6.500. Lagi-lagi karena ini gubug moderen, beberapa ada yang menerima pembayaran dengan Visa dan Mastercard!
Toilet juga tersedia di hampir setiap gubug. Ada donasi sebesar JPY 200 untuk pemeliharaan kamar mandi. Sebagian besar tertulis sukarela, namun di beberapa toilet ada mesin khusus yang harus dimasuki koin terlebih dahulu sebelum toiletnya bisa digunakan.
Keberadaan mountain hut yang masing-masing bisa menampung 50-an pendaki ini juga sangat penting mengingat di sepanjang jalur pendakian tidak diperbolehkan untuk mendirikan tenda. Selain memang tidak ada tempat, hempasan angin kencang di sekitar puncak Gunung Fuji konon sanggup menerbangkan tenda bersama para pendaki di dalamnya.
Bukan sekedar tempat menginap, 'gubuk-gubuk' modern ini juga dilengkapi dengan fasilitas yang sangat lengkap. Mau tidur, sudah tersedia sleeping bag atau kantong tidurnya, dan kalau lapar dan haus juga ada warungnya. Bahkan beberapa gubuk ada yang menyediakan koneksi wifi.
Saat terjadi cuaca buruk, memang ada anjuran untuk segera berlindung di gubug-gubug tersebut. Sayangnya memang tidak gratis, harganya bervariasi tergantung ketinggian. Mendekati 8th station, ada yang menawarkan harga JPY 7.500 atau sekitar Rp 800 ribu sedangkan di 7th station hanya sekitar JPY 6.500. Lagi-lagi karena ini gubug moderen, beberapa ada yang menerima pembayaran dengan Visa dan Mastercard!
Toilet juga tersedia di hampir setiap gubug. Ada donasi sebesar JPY 200 untuk pemeliharaan kamar mandi. Sebagian besar tertulis sukarela, namun di beberapa toilet ada mesin khusus yang harus dimasuki koin terlebih dahulu sebelum toiletnya bisa digunakan.
Keberadaan mountain hut yang masing-masing bisa menampung 50-an pendaki ini juga sangat penting mengingat di sepanjang jalur pendakian tidak diperbolehkan untuk mendirikan tenda. Selain memang tidak ada tempat, hempasan angin kencang di sekitar puncak Gunung Fuji konon sanggup menerbangkan tenda bersama para pendaki di dalamnya.
4. Luangkan waktu
Normalnya pendakian melalui Yoshida Trail
cukup memakan waktu 6-8 jam hingga ke puncak tertingginya. Namun dianjurkan
untuk meluangkan waktu lebih, karena pendakian nonstop berisiko meningkatkan
risiko kelelahan dan cedera.
Ada beberapa skenario pendakian yang dilakukan untuk bisa menikmati sunrise di puncak Gunung Fuji. Pertama, mendaki pada malam hari lalu beristirahat di 8th atau 9th station untuk kemudian melanjutkan summit attack pada sekitar jam 04.00 pagi.
Skenario kedua, beristirahat dulu di titik awal pendakian Yoshida Trail yakni 5th station dan mulai mendaki lewat tengah malam dan tiba di puncak persis saat matahari terbit. Apapun pilihannya, yang terpenting sediakan cukup waktu istirahat dan beradaptasi dengan ketinggian.
Bullet climbing seperti dijelaskan sebelumnya tidak dianjurkan karena selain rentan memicu cedera otot, juga meningkatkan risiko altitude sickness karena tubuh kurang beradaptasi. Gejalanya sangat beragam, mulai dari pusing-pusing hingga sesak napas karena kehabisan oksigen.
Ada beberapa skenario pendakian yang dilakukan untuk bisa menikmati sunrise di puncak Gunung Fuji. Pertama, mendaki pada malam hari lalu beristirahat di 8th atau 9th station untuk kemudian melanjutkan summit attack pada sekitar jam 04.00 pagi.
Skenario kedua, beristirahat dulu di titik awal pendakian Yoshida Trail yakni 5th station dan mulai mendaki lewat tengah malam dan tiba di puncak persis saat matahari terbit. Apapun pilihannya, yang terpenting sediakan cukup waktu istirahat dan beradaptasi dengan ketinggian.
Bullet climbing seperti dijelaskan sebelumnya tidak dianjurkan karena selain rentan memicu cedera otot, juga meningkatkan risiko altitude sickness karena tubuh kurang beradaptasi. Gejalanya sangat beragam, mulai dari pusing-pusing hingga sesak napas karena kehabisan oksigen.
5. Ingat, tidak ada tempat sampah!
Penting untuk diingat, pendaki Gunung Fuji
diwajibkan untuk membawa pulang semua sampah selama pendakian. Benar-benar
harus dibawa pulang, sebab di sepanjang jalur pendakian maupun di pintu masuk
dan keluar tidak tersedia satu pun tempat sampah.
Bahkan sampai di parkiran, jangan harap bisa menemukan tempat sampah. Petugas informasi hanya akan mempersilakan untuk membawa pulang sampah masing-masing jika ada pendaki yang menanyakan di mana tempat untuk membuang sampah-sampah pendakian.
Untuk ukuran gunung yang paling banyak didaki, Gunung Fuji terbilang cukup bersih dari sampah. Kalaupun ada 1-2 yang tercecer, mungkin memang benar-benar tercecer saat pemiliknya hendak membawanya turun. Semoga!
Bahkan sampai di parkiran, jangan harap bisa menemukan tempat sampah. Petugas informasi hanya akan mempersilakan untuk membawa pulang sampah masing-masing jika ada pendaki yang menanyakan di mana tempat untuk membuang sampah-sampah pendakian.
Untuk ukuran gunung yang paling banyak didaki, Gunung Fuji terbilang cukup bersih dari sampah. Kalaupun ada 1-2 yang tercecer, mungkin memang benar-benar tercecer saat pemiliknya hendak membawanya turun. Semoga!
No comments:
Post a Comment