Turki
tak hanya punya Istanbul dan Ankara. Bursa juga menjadi destinasi favorit turis
karena menyimpan banyak peninggalan sejarah Islam.
Sebelum Konstantinopel direbut pada tahun 1453 masehi dibawah kepemimpinan Sultan Mehmet II atau Muhammad al-Fatih, Dinasti Usmaniyyah punya ibukota lain: Bursa dan Edirne. Posisi Bursa dalam sejarah dinasti ini sangat penting. Ia menjadi ibukota pertama setelah Orhan, putera Osman Gazi, sang pendiri dinasti merebutnya dari Kekaisaran Byzantium pada tahun 1326. Menjadikannya salah satu dinasti kekhalifahan Islam yang paling berpengaruh di tiga benua selama 6 abad lamanya.
Dari Istanbul, Bursa berjarak sekitar 100 km ke arah selatan. Butuh 3,5 jam jika naik bus umum. Naik ferry bisa lebih cepat. Dari pelabuhan Yenikapi Feribot Terminali dan Kabatas ada ferry cepat 90-120 menit ke Güzelyali dekat Mudanya. Dari sana sambung bus ke Bursa. Bursa terletak di kaki Gunung Uludag setinggi kurang lebih 2500 mdl. Wilayah pegunungan ini merupakan winter resort terkenal di Turki. Mata air pegunungan juga digunakan oleh industri air mineral. Bursa bisa dikunjungi dalam sebuah day trip. Atraksi-atraksi wisata utama kota, bisa dijelajahi dengan berjalan kaki.
Iznik
Di zaman Byzantium kota ini dikenal sebagai Nicaea. Ia berada di tepi Danau Iznik. Sisa tembok tebalnya masih terlihat gagah melindungi kota. Dua kali pertemuan besar agama Kristiani diselenggarakan di Iznik : tahun 325 dan 787 masehi. Kami segera menuju Gereja Ayasofya, tempat diadakannya pertemuan kedua. Orhan Gazi mengubah fungsinya menjadi masjid tahun 1331. Arsitek masyhur Turki Usmani, Mimar Sinan merenovasi di zaman pemerintahan Sultan Suleyman the Magnificent.
Masjid di pusat kota Iznik ini sedang direnovasi. Dimensinya jauh lebih kecil dibanding Ayasofya Istanbul. Temboknya menampakkan umurnya yang sebenarmya. Sebagian tertutup, berwarna putih. Sisanya terpampang batu bata merah berjamur dan cuil-cuil dimakan usia. Iznik, juga terkenal akan kerajinan keramik sejak berabad lalu. Hasilnya menghiasi masjid-masjid dan istana para sultan di Istanbul. Kios-kios keramik Iznik sekarang menjual keramik untuk suvenir atau pajangan di rumah. Di Istanbul pun keramik Iznik jadi salah satu cinderamata favorit turis.
Kompleks Hijau
Di Bursa, kami langsung menuju masjid dan makam hijau. Letaknya berdekatan. Dari luar masjinya tampak tak terlalu istimewa. Tempat wudu kayu mirip gazebo terletak tak jauh dari pintu masuk. Kubah besar di tengah-tengah. Bagian luarnya berwarna putih. Sebagian tertutup marmer. Namun pintu masuk terlihat istimewa, sebab marmernya dipahat bergradasi, mengerucut ke atas. Kaligrafi berwarna keemasan menyambut kita di depan.
Naik sedikit di luar kompleks tampak bangunan segi delapan yang lebih menyolok mata. Mirip sebuah masjid kecil berkubah. Tembok luarnya didominasi warna biru. Ialah Yesil Turbe atau makam hijau. Salah satu trademark Bursa. Di dalamnya adalah makam Sultan Mehmet I, sultan kelima Dinasti Usmaniyyah. Keramik-keramik menawan menghiasi isi makam. Bagian atas jendela kayunya tertutup mahkota kaligrafi. Mihrab di satu sisi juga terbuat dari tatanan keramik bermotif mirip batik berwarna hijau, biru, coklat dan kuning, Ada beberapa makam di dalamnya. Besar, kecil, berornamen dan polos. Paling besar tentu saja milik Sultan Mehmet I. Keramik penutup makam bagian atas tertutp kaligrafi dan sebuah turban di ujungnya.
Bazar
Ke Turki tak lengkap jika tak mencicipi suasana pasar. Pasar Mesir dan Pasar Besar di Istanbul sudah jadi atraksi wisata tersendiri di bekas Konstantinopel. Bursa pun demikian. Keluar kompleks hijau, berderet kios sudah menanti pengunjung. "Lima lira, lima lira," tawaran penjual kerudung mengagetkan saya. Tapi kami terus berjalan, menuju pusat Bursa. Menyusuri Jalan Attatürk. Di sini kita bisa eksplor pasar. Bukan pasar biasa. Pasarnya sambung-menyambung serasa tak berujung. Dia terbagi menjadi banyak bagian. Setiap bagian punya tema barang yang dijual. Baju dan kerudung, mebel, karpet, buah dan sayuran, aneka macam bumbu, emas, dll.
Tempat paling cantik di dalam bazar Bursa menurut saya adalah Koza Han. Atau dikenal sebagai Bazar Sutra. Bursa sudah sejak lama dikenal akan industri sutranya. Koza Han saat ini berubah menjadi salah satu tempat paling cozy di Bursa. Ia hanya bisa dimasuki dari satu gerbang. Dari arah bazar. Ada beberapa tempat seperti ini di sekeliling bazar. Namun Koza Han paling memesona. Masuk gerbang, kita akan disambut tea garden luas. Meja bertaplak warna-warni dan bangku plastik tersebar di mana-mana. Rapi. Di sekitarnya adalah sebuah bangunan batu dua lantai. Berupa toko-toko cinderamata, kerudung, syal-syal sutra. Di tengahnya berdiri sebuah masjid kecil. Di sore hari, ketika lampu-lampu menyala, Koza Han terasa sangat romantis.
Di ujung kompleks besar bazar, terhampar sebuah taman di mana penduduk lokal duduk-duduk menikmati air mancur. Di sini pula berdiri masjid tua kota, Ulu Camii. Dibangun 1399, Ulu Camii merupakan contoh keanggunan arsitektur Usmani lama. Bentuknya sangat berbeda dengan masjid-masjid Istanbul. Yang biasanya punya banyak menara dan kubah-kubah raksasa. Ulu Camii berbentuk persegi, dua menara di sisi dekat bazaar serta 20 kubah kecil.
Makam Sang Pendiri Dinasti
Tujuan kami berikutnya adalah kompleks makam dua orang pendiri dinasti : Osman dan Orhan Gazi. Osman, salah satu pemimpin kabilah di Anatolia melepaskan diri dari Kerajaan Turki Seljuk tahun 1299, tahun berdirinya Dinasti Usmani. Sejak saat itu, Usman meluaskan daerah kekuasaannya, merebut sebagian Byzantium. Orhan, puteranya melanjutkan pembesaran dinasti. Tahun 1326, Bursa direbut. Osman yang meninggal tahun 1324, berwasiat agar dimakamkan di Bursa.
Kompleks makam mirip sebuah taman luas dengan pohon-pohon tinggi. Ada tempat terbuka luas, warung teh, deretan meriam tua dan menara. Letaknya di ketinggian sehingga kita bisa menikmati keelokan Bursa. Dengan Gunung Uludag sebagai latarnya. Makam Osman dan Orhan terletak terpisah. Makam Orhan terletak di gedung pertama sisi kanan, dekat gerbang masuk utama. Dibandingkan makam Mehmet I, bagian dalam makam kedua pendiri dinasti terlihat sederhana. Temboknya punya sedikit hiasan. Makam keduanya dibatasi pagar. Pusara Osman tertutup beledu warna coklat, bersulam kaligrafi warna perak. Tak ketinggalan turban milik beliau.
Sebelum Konstantinopel direbut pada tahun 1453 masehi dibawah kepemimpinan Sultan Mehmet II atau Muhammad al-Fatih, Dinasti Usmaniyyah punya ibukota lain: Bursa dan Edirne. Posisi Bursa dalam sejarah dinasti ini sangat penting. Ia menjadi ibukota pertama setelah Orhan, putera Osman Gazi, sang pendiri dinasti merebutnya dari Kekaisaran Byzantium pada tahun 1326. Menjadikannya salah satu dinasti kekhalifahan Islam yang paling berpengaruh di tiga benua selama 6 abad lamanya.
Dari Istanbul, Bursa berjarak sekitar 100 km ke arah selatan. Butuh 3,5 jam jika naik bus umum. Naik ferry bisa lebih cepat. Dari pelabuhan Yenikapi Feribot Terminali dan Kabatas ada ferry cepat 90-120 menit ke Güzelyali dekat Mudanya. Dari sana sambung bus ke Bursa. Bursa terletak di kaki Gunung Uludag setinggi kurang lebih 2500 mdl. Wilayah pegunungan ini merupakan winter resort terkenal di Turki. Mata air pegunungan juga digunakan oleh industri air mineral. Bursa bisa dikunjungi dalam sebuah day trip. Atraksi-atraksi wisata utama kota, bisa dijelajahi dengan berjalan kaki.
Iznik
Di zaman Byzantium kota ini dikenal sebagai Nicaea. Ia berada di tepi Danau Iznik. Sisa tembok tebalnya masih terlihat gagah melindungi kota. Dua kali pertemuan besar agama Kristiani diselenggarakan di Iznik : tahun 325 dan 787 masehi. Kami segera menuju Gereja Ayasofya, tempat diadakannya pertemuan kedua. Orhan Gazi mengubah fungsinya menjadi masjid tahun 1331. Arsitek masyhur Turki Usmani, Mimar Sinan merenovasi di zaman pemerintahan Sultan Suleyman the Magnificent.
Masjid di pusat kota Iznik ini sedang direnovasi. Dimensinya jauh lebih kecil dibanding Ayasofya Istanbul. Temboknya menampakkan umurnya yang sebenarmya. Sebagian tertutup, berwarna putih. Sisanya terpampang batu bata merah berjamur dan cuil-cuil dimakan usia. Iznik, juga terkenal akan kerajinan keramik sejak berabad lalu. Hasilnya menghiasi masjid-masjid dan istana para sultan di Istanbul. Kios-kios keramik Iznik sekarang menjual keramik untuk suvenir atau pajangan di rumah. Di Istanbul pun keramik Iznik jadi salah satu cinderamata favorit turis.
Kompleks Hijau
Di Bursa, kami langsung menuju masjid dan makam hijau. Letaknya berdekatan. Dari luar masjinya tampak tak terlalu istimewa. Tempat wudu kayu mirip gazebo terletak tak jauh dari pintu masuk. Kubah besar di tengah-tengah. Bagian luarnya berwarna putih. Sebagian tertutup marmer. Namun pintu masuk terlihat istimewa, sebab marmernya dipahat bergradasi, mengerucut ke atas. Kaligrafi berwarna keemasan menyambut kita di depan.
Naik sedikit di luar kompleks tampak bangunan segi delapan yang lebih menyolok mata. Mirip sebuah masjid kecil berkubah. Tembok luarnya didominasi warna biru. Ialah Yesil Turbe atau makam hijau. Salah satu trademark Bursa. Di dalamnya adalah makam Sultan Mehmet I, sultan kelima Dinasti Usmaniyyah. Keramik-keramik menawan menghiasi isi makam. Bagian atas jendela kayunya tertutup mahkota kaligrafi. Mihrab di satu sisi juga terbuat dari tatanan keramik bermotif mirip batik berwarna hijau, biru, coklat dan kuning, Ada beberapa makam di dalamnya. Besar, kecil, berornamen dan polos. Paling besar tentu saja milik Sultan Mehmet I. Keramik penutup makam bagian atas tertutp kaligrafi dan sebuah turban di ujungnya.
Bazar
Ke Turki tak lengkap jika tak mencicipi suasana pasar. Pasar Mesir dan Pasar Besar di Istanbul sudah jadi atraksi wisata tersendiri di bekas Konstantinopel. Bursa pun demikian. Keluar kompleks hijau, berderet kios sudah menanti pengunjung. "Lima lira, lima lira," tawaran penjual kerudung mengagetkan saya. Tapi kami terus berjalan, menuju pusat Bursa. Menyusuri Jalan Attatürk. Di sini kita bisa eksplor pasar. Bukan pasar biasa. Pasarnya sambung-menyambung serasa tak berujung. Dia terbagi menjadi banyak bagian. Setiap bagian punya tema barang yang dijual. Baju dan kerudung, mebel, karpet, buah dan sayuran, aneka macam bumbu, emas, dll.
Tempat paling cantik di dalam bazar Bursa menurut saya adalah Koza Han. Atau dikenal sebagai Bazar Sutra. Bursa sudah sejak lama dikenal akan industri sutranya. Koza Han saat ini berubah menjadi salah satu tempat paling cozy di Bursa. Ia hanya bisa dimasuki dari satu gerbang. Dari arah bazar. Ada beberapa tempat seperti ini di sekeliling bazar. Namun Koza Han paling memesona. Masuk gerbang, kita akan disambut tea garden luas. Meja bertaplak warna-warni dan bangku plastik tersebar di mana-mana. Rapi. Di sekitarnya adalah sebuah bangunan batu dua lantai. Berupa toko-toko cinderamata, kerudung, syal-syal sutra. Di tengahnya berdiri sebuah masjid kecil. Di sore hari, ketika lampu-lampu menyala, Koza Han terasa sangat romantis.
Di ujung kompleks besar bazar, terhampar sebuah taman di mana penduduk lokal duduk-duduk menikmati air mancur. Di sini pula berdiri masjid tua kota, Ulu Camii. Dibangun 1399, Ulu Camii merupakan contoh keanggunan arsitektur Usmani lama. Bentuknya sangat berbeda dengan masjid-masjid Istanbul. Yang biasanya punya banyak menara dan kubah-kubah raksasa. Ulu Camii berbentuk persegi, dua menara di sisi dekat bazaar serta 20 kubah kecil.
Makam Sang Pendiri Dinasti
Tujuan kami berikutnya adalah kompleks makam dua orang pendiri dinasti : Osman dan Orhan Gazi. Osman, salah satu pemimpin kabilah di Anatolia melepaskan diri dari Kerajaan Turki Seljuk tahun 1299, tahun berdirinya Dinasti Usmani. Sejak saat itu, Usman meluaskan daerah kekuasaannya, merebut sebagian Byzantium. Orhan, puteranya melanjutkan pembesaran dinasti. Tahun 1326, Bursa direbut. Osman yang meninggal tahun 1324, berwasiat agar dimakamkan di Bursa.
Kompleks makam mirip sebuah taman luas dengan pohon-pohon tinggi. Ada tempat terbuka luas, warung teh, deretan meriam tua dan menara. Letaknya di ketinggian sehingga kita bisa menikmati keelokan Bursa. Dengan Gunung Uludag sebagai latarnya. Makam Osman dan Orhan terletak terpisah. Makam Orhan terletak di gedung pertama sisi kanan, dekat gerbang masuk utama. Dibandingkan makam Mehmet I, bagian dalam makam kedua pendiri dinasti terlihat sederhana. Temboknya punya sedikit hiasan. Makam keduanya dibatasi pagar. Pusara Osman tertutup beledu warna coklat, bersulam kaligrafi warna perak. Tak ketinggalan turban milik beliau.
http://www.hasanahqaromah.com/category/umroh-plus-safari-turki/
Iskender Kebab Asli Bursa
Bursa adalah asal Kebab Iskender. Daging kebab bersiram saus tomat dan yoghurt. Di Turki ada banyak imitasi. Dan di Bursa hampir semua rumah makan menyediakannya. Namun hanya ada empat penyedia Iskender kebab asli.
Adalah Iskender Efendi, kreator Iskender kebab sejak tahun 1867. Hingga sekarang, empat warung dikelola langsung oleh keturunan beliau. Salah satunya ada di Jalan Atatürk. Didominasi warna biru, warungnya kecil saja. Saya dan kawan-kawan mengantri sebentar. Mereka hanya menjual kebab dan meze (side dish). Harga per porsi 19,50 lira (sekira Rp 106.000,-). Warung-warung lain menawarkan menu sama dengan harga 12 lira saja. Tak menyesal saya makan di sana. Ini Iskender kebab terenak yang pernah saya makan. Porsinya besar, dagingnya banyak. Saus yoghut dan tomatnya tak terlalu asam. Roti di bagian dasar tersiram saus dan lemak daging yang mencair akibat dibakar. Rasa gurih mentega masih berbekas dalam ingatan hingga kini. Segelas ayran, minuman khas Turki menyempurnakan semuanya.
Iskender Kebab Asli Bursa
Bursa adalah asal Kebab Iskender. Daging kebab bersiram saus tomat dan yoghurt. Di Turki ada banyak imitasi. Dan di Bursa hampir semua rumah makan menyediakannya. Namun hanya ada empat penyedia Iskender kebab asli.
Adalah Iskender Efendi, kreator Iskender kebab sejak tahun 1867. Hingga sekarang, empat warung dikelola langsung oleh keturunan beliau. Salah satunya ada di Jalan Atatürk. Didominasi warna biru, warungnya kecil saja. Saya dan kawan-kawan mengantri sebentar. Mereka hanya menjual kebab dan meze (side dish). Harga per porsi 19,50 lira (sekira Rp 106.000,-). Warung-warung lain menawarkan menu sama dengan harga 12 lira saja. Tak menyesal saya makan di sana. Ini Iskender kebab terenak yang pernah saya makan. Porsinya besar, dagingnya banyak. Saus yoghut dan tomatnya tak terlalu asam. Roti di bagian dasar tersiram saus dan lemak daging yang mencair akibat dibakar. Rasa gurih mentega masih berbekas dalam ingatan hingga kini. Segelas ayran, minuman khas Turki menyempurnakan semuanya.
No comments:
Post a Comment